Approche

1471277794170

Approche

story by Rosé Blanche

Kwon Soonyoung (Seventeen), Hirai Momo (Twice) & Others

AU, School-life, Fluff, Friendship, slight!Comedy

G

Ficlet

“When you love somebody, you do everything you can to make them happy because it’s not just about you anymore.”

-Unknown-

Apa yang akan dilakukan oleh seorang murid sekolah menengah akhir saat sedang melakukan pendekatan pada gadis yang ditaksirnya?

Ada banyak contoh. Misalnya, sekedar menelepon atau saling mengirimi teks pesan sampai larut malam, menemani saat ke kantin, bermodus ria, menjadi supir daruratnya, dan masih banyak lagi.

Contohnya saja Kwon Soonyoung.

Salah satu cara pendekatannya adalah, selalu mendatangi kelas si gadis Jepang—Hirai Momo, saat jam istirahat. Meskipun gadis itu nyatanya memang tidak selalu ada di kelas, Soonyoung tetap saja akan melakukannya.

Seperti hari ini juga, Soonyoung melakukan kebiasaannya untuk yang kesekian kalinya.

Kedua kakinya melangkah melawan arus ke arah sebuah kelas yang terletak di ujung koridor, tanpa memedulikan berpasang-pasang kaki lainnya yang sedang berbondong-bondong menuju ke arah yang sebaliknya.

Dari luar, terlihat hanya ada sekitar sepuluh murid yang tinggal dalam kelas, termasuk Momo.

Gadis itu sedang menulis sesuatu di atas mejanya, yang sudah digabung menjadi satu dengan kelima meja yang lain, dimana beberapa teman—yang sebenarnya juga adalah teman-teman Soonyoung—sedang duduk mengelilingi meja sambil melakukan hal yang sama dengan Momo.

Sebagian dari mereka mengerang, bahkan Soonyoung dapat melihat jelas Momo sedang memegangi kepalanya sambil menghembus nafas berat.

“Momo?”

Merasa terpanggil, gadis itu mengalihkan pandangannya dari berlembar—lembar kertas di hadapannya ke arah pintu, dimana Soonyoung sedang berdiri.

Namun, yang terjadi selanjutnya, bukanlah seperti apa yang diharapkan laki-laki itu.

Tentu bukan.

Karena nyatanya ada berpasang-pasang mata lain yang juga beralih menatap Soonyoung.

“Nah, ini dia orangnya! Sini bantu kami!”

Ya, Soonyoung! Cepat kemari! Grammarnya susah!”

“Oh, dia datang, dia datang! Soonyoung, yang ini jawabannya apa?”

“Soonyoung, Soonyoung! Coba baca soal nomor empat puluh tiga ini. Kau mengerti?”

“Hei, Soonyoung! Kemari, kemari! Nah, coba baca soal cerita ini. Paham maksudnya tidak?”

Dengan wajah yang masih melongo dan otak yang sama sekali belum paham situasi keadaan, Soonyoung sudah ditarik oleh kawan-kawannya untuk duduk di kursi yang tepat berhadapan dengan Momo dan langsung disuguhi oleh soal-soal pelajaran bahasa Inggris.

“Hah? Apa? Yang mana, yang mana?”

Satu tetes keringat dingin mulai nampak di kening Soonyoung. Entah kenapa situasi ini membuatnya menjadi agak panik.

“Ini apa, Jun?”

Soonyoung mengernyit melihat kertas-kertas yang penuh dengan tulisan hasil ketikan—berbelit menjadi satu dengan tulisan tangan dan coretan, tertumpuk dengan sangat tidak rapinya di atas meja. Perasaannya mulai tidak enak.

“Nam-songsaenim memberi kita latihan soal reading dan grammar . Lihatlah, ada enam puluh nomor! Harus dikumpulkan hari ini, kau tahu?”

Kedua mata sipit Soonyoung berhasil membulat sempurna tatkala mendengar jawaban laki-laki itu.

“Untungnya kami mengerjakannya berenam, jadi satu orang hanya dapat sepuluh nomor,” ujar Wonwoo.

“Tapi tetap saja susah, tahu!” Kali ini Mingyu yang bersuara kesal.

Soonyoung menatap teman-temannya secara bergantian, tidak bisa berkata apapun. Kedua matanya beralih kembali menatap soal-soal yang ada di hadapannya. Ia membacanya sekilas dan …

… ia sadar kalau soal-soal itu memang susah betul.

“Sudah selesai berapa nomor, Kwan?”

Seungkwan tampak mengamati lembar jawabannya sejenak sambil menggerakan jari telunjuknya menelusuri kertas, sedangkan mulutnya mulai berkomat-kamit menghitung tanpa ada suara yang keluar.

“Baru tiga puluh lima.”

“HAH?”

“Makanya cepat bantu kami!” seru Mina tanpa melepaskan pandangan matanya dari lembaran soal.

Soonyoung sempat menganga sejenak, sebelum ia memasang posisi duduk yang tegak sambil melipat kedua tangannya di atas meja. Kedua matanya tampak bergerak memperhatikan soal-soal yang ada di hadapannya, kemudian ia berdeham.

“Baiklah, baiklah. Yang mana soalnya?”

Yah, di depan gadis pujaan, Soonyoung tentunya cukup berusaha untuk terlihat keren. Selagi ada kesempatan. Meskipun sebenarnya ia mempunyai nilai yang cukup pas-pasan dalam pelajaran bahasa Inggris.

“Ayo, Soonyoung! Yang ini, yang ini! Jawabannya apa?”

“Ah, iya. Sebentar, Jun. Biarkan aku—”

“Soonyoung! Coba baca yang ini! Kau tahu—”

“Iya, iya. Tunggu sebentar, Kwan. Seben—”

“Soonyoung! Kau paham bedanya yang progressive dengan yang—”

“Tunggu, tunggu! Aku membaca yang ini dulu, oke? Nanti—”

Ya, Soonyoung!”

“Soonyoung, disini—”

“Cepatlah, Soonyoung!”

Soonyoung sebenarnya agak heran, kenapa menghadapi lima orang ini nyatanya sama saja seperti menghadapi penduduk sekampung?

Ia sempat melirik sekilas–tidak sampai dua detik, Momo hanya diam saja sambil masih berusaha mengerjakan soal-soal bagiannya. Oh, sepertinya gadis itu terlalu sibuk sehingga tidak terlalu memedulikan atensinya kali ini, begitulah pemikiran Soonyoung.

Wajah Soonyoung mulai memucat. Bisa-bisa ia gagal keren jika seperti ini caranya.

Soonyoung mulai berpikir, kalau begini, seharusnya ia absen saja dari mengapel ke kelas Momo. Karena bukannya bisa menghabiskan waktu dengan Momo, melainkan diserang oleh kelima makhluk asing yang tidak tahu diri. Yah, tapi mau bagaimana? Sudah terlanjur.

Lagipula, jika ia memang bisa membantu, Momo juga pasti akan senang, kan? Baiklah, tidak apa-apa kalau begitu. Demi Momo.

Alhasil, Soonyoung hanya bisa menghela nafas berat, sambil otaknya masih bekerja keras untuk memecahkan satu soal milik Jun yang masih belum terjawab dari tadi. Semoga saja otaknya bisa berjalan kali ini.

Dan Soonyoung tentunya sudah tidak berharap lagi untuk tampil keren di hadapan Momo.

.

.

.

Hanya saja, ada satu hal yang tidak disadari Soonyoung.

Hei, siapa bilang Momo tidak peduli dengan kedatangannya di kelas?

Sejak ia datang dan dikepung oleh kelima temannya bak gula yang dikerumuni semut—meskipun harus sembunyi-sembunyi, pandangan gadis Jepang yang disertai dengan senyum merona itu sudah susah sekali lepas dari Soonyoung. Apalagi saat Soonyoung terlihat panik namun tetap berusaha keras. Manis sekali.

Yah, sudah jelas pandangan apa yang tersiratkan, bukan?

Oh, Kwon Soonyoung. Ternyata usahanya selama ini tidak sia-sia juga, kok.

fin.
-oOo-

10 thoughts on “Approche

  1. Hellaw ❤

    Iseng ² mampir ke blogmu trus baca fic mu dan…. INI KEREN BANGET YAWLAAAAA ❤

    usaha hoshi ternyata gk sia sia ::v

    Salken btw ❤

    Like

  2. Hoshi mah paling jago flirting sama cewek :’) Seru sih ceritanya meskipun hati ini cenat-cenut tiap baca ff di mana Hoshey dipasangin sama idol //oke ini alay xD//ABAIKAN PENGANUT BIAS IS MINE//

    Liked by 1 person

Leave Your Thoughts Here